//
arsip

Budidaya

This category contains 8 posts

Perkebunan Teh Diusulkan jadi Kebun Karet?

Teh yang ditanam di kawasan perkebunan Cikalong Kabupaten Bandung Barat (KBB) dinilai tak lagi cocok dengan iklim saat ini. Ada usulan, bibit teh yang ditanam jenisnya diganti. Namun, ada juga ide mengganti komoditas yang ditanam di perkebunan tersebut dengan tanaman karet.

Hal itu disampaikan Meneg BUMN Dahlan Iskan saat ditemui usai menjadi motivatr dalam acara Program Pengembangan Kapasitas Usaha dari Permodalan Nasional Madani di Graha Tirta Siliwangi, Jalan Lombok, Kota Bandung, Minggu (15/4/2012).

“Kita punya dua ide pikiran. Cari bibit yang cocok dengan perubahan iklim saat ini. Apakah kita ganti lahan dengan tanaman lain seperti karet, karena kalau sawit kurang besar,” ujar Dahlan.

Luas lahan perkebunan teh di Cikalong KBB yang saat ini ditanami teh disebut Dahlan ada sekitar 1.000 hektar. Saat ini menurut Dahlan, kualitas teh di perkebunan teh tersbut menurun sejak dibelah Tol Cipularang.

Untuk mencari bibit teh dengan vaerietas yang sesuai, Dahlan akan meminta Balai Pembibitan untuk mencarikan yang cocok. “Kalau tidak bisa ditemukan, kita terpaksa ganti dengan kebun karet saja. Atau malah jadi tempat wisata. Kita akan minta masukkan baiknya bagaimana,” tuturnya.

Dalam berita sebelumnya, Dahlan mengatakan bahwa iklim udara di kawasan kebun teh yang berada di kawasan Cikalong KBB telah berubah sejak ruas tol Cipularang dibangun dan dioperasikan. Produktivitas dan kualitas teh dari perkebunan di kawasan itu pun menurun karena iklim yang tak lagi sesuai.

(Sumber: bandung.detik. com )

Harga Teh 2012 Membaik

Harga teh dunia tahun ini diprediksikan membaik.  Prediksi ini tentu menggembirakan banyak pihak yang menggantungkan nafkahnya dari sektor ini.  Secara umum, dalam 5 tahun terakhir harga teh dunia berkecenderungan naik.  Indeks Mundi menggambarkan bahwa kenaikan harga teh yang dipantau dari beberapa pusat lelang teh dunia dari Januari 2007 hingga Januadi 2012 mencapai 35%.  Hanya saja dalam kurun waktu tersebut juga terdapat variasi turun naik harga.

(sumber: http://www.indexmundi.com)

Namun demikian, harga teh dunia tidaklah selalu mencerminkan harga hasil panen teh rakyat dalam negeri.  Itu karena teh dari Indonesia dihargai rendah di pasar Internasional.  Sebagaimana dikutip dari http://www.bisnis.com, Sultoni Arifin (anggota dari Dewan Teh Indonesia) menginformasikan bahwa harga teh dari Indonesia lebih cenderung menurun hingga 41% dari harga teh Srilangka.  Jika teh Srilangka mampu dihargai US$ 4, maka teh Indonesia hanya mampu mencapai harga US$ 1,9.

Sepanjang 2011 kemarin masyarakat petani teh (rakyat) di Indonesia mengeluhkan harga panenan teh yang rendah.  Di daerah Sumatera Barat, harga jual daun teh berkisar pada angka Rp. 1.275,- per kilogram daun petik basah.  Dengan jumlah panen antara 1,2 hingga 1,5 ton per bulan maka dapat diperkirakan petani dengan kebun teh seluas 1 Ha berpendapatan sekitar Rp. 500 ribu per bulannya.  Tentu saja pendapatan sebesar itu sangatlah minim.  Harga teh yang rendah telah menyebabkan banyaknya kebun teh rakyat yang dikonversi beralih ke komoditas lain. Dikutip dari situs PTPN XII (www.ptpn12.com), di Jawa Barat terdapat 3000 hektar kebun teh rakyat yang telah dikonversi.

Akankah kecenderungan naiknya harga teh didunia juga akan berdampak membaiknya usaha perkebunan teh di Indonesia? Sepertinya ada tugas besar untuk menemukan cara bagaimana agar teh di Indonesia bisa menikmati segarnya harga teh dunia.

Mengapa Teh Sanggup Hidup Di Daerah Ekstrim

Teh termasuk tanaman yang senang air.  Itu sebabnya ia banyak dikebunkan di tempat-tempat yang cukup air.  Kecintaan tanaman ini terhadap air bukan hanya yang berada di dalam tanah yang akan diambilnya melalui akar, tetapi ia juga membutuhkan air yang ada di udara sekitarnya. Uap air penting bagi tanaman teh agar tumbuh dengan baik dan menghasilkan pucuk-pucuk berkualitas.

Uap air di udara sebenarnya tidak dibutuhkan secara langsung oleh tanaman teh. Molekul air mampu “memegang” panas lebih baik dari bahan lain yang ada di lingkungan. Lingkungan yang banyak air lebih lambat menjadi panas akan tetapi lebih lambat pula melepaskan panas. Karenanya, perubahan dan perubahan suhu rendah suhu tinggi pada lingkungan yang berair tidaklah sedramatik di daerah yang kurang air. Dengan kata lain tidak ekstrim. Lingkungan yang beginilah yang diperlukan tanaman teh untuk tumbuh baik dan menghasilkan pucuk terbaik. Karena, meskipun teh dikenal sebagai tanaman yang toleran terhadap lingkungan tetapi tetap saja tidak “menyukai” yang ekstrim.

Keberadaan badan air di tanah, misalnya danau yang cukup besar, bisa mempengaruhi kelembaban udara.  Karena itu, daerah sekitar badan air tersebut memiliki perbedaan suhu maksimum dan minimu yang lebih rendah.  Itu sebabnya mengapa beberapa kebun teh masih bisa diusahakan di daerah yang semestinya terlalu dingin untuk teh.  Misalnya saja perkebunan yang diusahakan di North Carolina – USA atau pantai utara dari Turki.

Sejarah Teh di Indonesia

Teh bukanlah tanaman asli Indonesia.  Bahkan dibanding berbagai negara lain yang juga bukan merupakan negara asli teh, sejarah teh di Indonesia termasuk “baru”. Meski begitu, perjalanan sejarah teh di negeri ini telah membuatnya sebagai minuman yang paling populer, sebagai minuman rakyat kecil hingga petinggi negeri.

1684.
Andreas Cleyer, seorang pegawai VOC, ahli botani, yang berasal dari Jerman, membawa biji teh dari Jepang dan menanamnya sebagai tanaman hias di Tijgersgracht – Batavia.

1694.
F. Valentijn melaporkan melihat perdu teh muda yang tumbuh di Taman Istana Gubernur Jendral Champhuys di Batavia (sekarang Jakarta).

1728.
Oarng-orang Belanda mulai mencoba menanam teh untuk keperluannya sendiri dengan menggunakan benih yang didatangkan dari Cina.

1811.
Pemerintahan Gubernur Jenderal Raffles (1811-1816), menerapkan sistem Landrente (semua tanah milik negara) rakyat penggarap harus membayar sewa tanah, diteruskan oleh Belanda hingga tahun 1830.

1817.
Belanda membangun Land’s Plantentuin Buitenzorg (sekarang Kebon Raya Bogor)

1824.
Teh ditanam di Land’s Plantentuin Buitenzorg dan dikenalkan kepada masyarakat.

1826.
Masyarakat mulai melihat tanaman teh di daerah Bogor.

1827.
Teh berhasil ditanam di Kebun Percobaan Cisurupan, Garut, Jawa Barat. Kemudian percobaan yang lebih besar skalanya juga berhasil dilakukan di Wanayasa (Purwakarta) dan di Gunung Raung (Banyuwangi, Jawa Timur).

1828
Sukses berbagai percobaan ditindaklanjuti oleh Jacobus Isidorus Loudewijk Levian Jacobson, seorang ahli teh, dengan mendirikan perkebunan teh komersial. Maka dimulailah era industri perkebunan teh di Nusantara.

1830.
Cultuurstelsel diterapkan dan teh menjadi salah satu komoditi yang harus ditanam rakyat. Dalam peraturan yang ditetapkan pemerintah kolonial berbunyi bahwa setiap desa harus menyediakan 1/5 tanahnya untuk ditanami komoditi ekspor dan panennya dijual ke pemerintah dengan harga yang ditetapkan pemerintah. Peraturan itu juga mewajibkan rakyat yang tidak punya lahan harus bekerja selama 75 hari dalam setahun. Dalam praktiknya, semua lahan harus ditanami dengan komoditas yang ditentukan oleh pemerintah dan mereka yang tidak punya lahan harus bekerja setahun penuh di perkebunan.

1833.
Terdapat 1.700.000 batang pohon teh dengan hasil 16.833 pon.

1835.
Untuk pertama kalinya teh dari Jawa diekspor dan sebanyak 200 peti dilelangkan di Amsterdam.

1841.
Kebun teh di seluruh Jawa baru ada kira-kira 3.000 bau (2.129 hektar).

1846.
Kebun teh di seluruh Jawa kira-kira 4.500 bau (3.193 hektar).

1877.
Benih teh jenis asssamica dari Ceylon (Sri Langka) dan oleh R.E. Kerkhoven ditanam dikebun Gambung, Jawa Barat.

1910.
Perluasan perkebunan teh ke Sumatera dimulai dengan dibangunnya perkebunan teh di daerah Simalungun.  Sebelum perang dunia II luas perkebunan teh di Indonesia mencapai 230 ribu hektar.

PD II
Lebih dari setengah perkebunan teh rusak karena perang.

1945
Setelah perang kemerdekaan, pemerintah memperbaiki kembali industri teh.  Walaupun luasannya tidak mencapai keadaan sebelum perang tetapi produksinya meningkat tajam.

Teh Indonesia, Lampu Kuning?

Negara mana sajakah pengekspor teh terbesar di dunia. Pada tahun 2004, Indonesia merupakan negara pengekspor teh terbesar ke 5 (98.572 ton), setelah Kenya, Sri Langka, China, dan India (Sumber: The Business Watch Indonesia, 2007). Namun agaknya pengembangan teh di Indonesia kurang antisipatif sehingga pada tahun 2008 posisi Indonesia diambil alih oleh Viet Nam.

Negara 2008 (ton) 2004 (ton) % perubahan
1 Kenya 396.641 333.802 + 18.83 %
2 Sri Lanka 318.329 290.604 + 9.54 %
3 China 299.789 280.193 + 6.99 %
4 India 203.207 179.957 + 12.91 %
5 Viet Nam 104.700 70.000 + 49.57 %

Data tahun 2008 bersumber dari http://www.top5ofanything.com.

Kini bahkan posisi Indonesia berada pada urutan ke 7. Akankah fakta-fakta ini merupakan pertanda kebangkrutan ekonomi teh di Indonesia? Padahal dunia mengakui kualitas teh negeri ini, yang karena iklim tropis dan tanah vulkaniknya memberikan teh dengan kandungan antioksidan tertinggi di dunia.

Ada yang punya info nggak, kenapa kita bisa tertinggal seperti itu di banding Viet Nam.

Asal Tanaman Teh

Banyak orang beranggapan bahwa teh merupakan tanaman asli Cina. Bahkan nama ilmiah yang dikenakannya adalah Camellia sinensis, yang berarti Camellia dari Cina. Itu, karena dari Cina-lah orang mulai mengenal dan menggunakan teh sebagai rempah minuman. Akan tetapi sesungguhnya tanaman ini merupakan penghuni asli daratan India. Di hutan-hutan India-lah teh ditemukan tumbuh mencapai ukuran dan kesempurnaan yang menampilkan karakter sebenarnya yang dalam waktu lama tidak diketahui oleh para ahli botani. Fakta ini baru diketahui menjelang tahun 1900, jauh setelah menyandang nama C. sinensis.

Sejarah nama teh.

Linnaeus menulis sistematika binomial teh (yaitu Camellia sinensis) pada tahun 1753. Pada tahun itu juga, John Hill, menganggap Thea virdis sebagai teh hijau, dan Thea baliwa sebagai teh hitam.  Baru pada tahun  1843 Robert Fortune menemukan hitam dan hijau-nya teh karena prosesnya bukan tanamannya.

pH-1 Meter: Mengukur pH dengan iPad

Mengukur pH dengan iPad

Produksi tanaman, termasuk teh, sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah. Karena itu, sejarah perkembangan teknologi budidaya tanaman banyak diwarnai upaya mengembangkan metode mengenali sifat-sifat tanah.  Satu di antara sifat tanah yang penting adalah pH, atau derajat keasaman.  Pada tanaman teh, dan tanaman lain umumnya, pH mempengaruhi keterserapan hara melalui perakaran. Secara ringkas, tanaman teh memerlukan lingkungan tumbuh dengan pH tanah antara 4,5 hingga 5,5.  Di luar kisaran pH itu, maka sulit mengharapkan teh dapat tumbuh dengan baik.  Karena pH tanah mungkin mengalami perubahan oleh banyak hal, maka penting untuk melakukan pemantauan pH tanah secara periodik.  Untunglah sekarang ini karena tersedia peralatan pengukuran pH yang praktis, cerdas, dan portabel.  Salah satunya adalah pH-1 Meter dari ODM.

pH meter yang dikembangkan ODM Technology ini dimaksudkan untuk digunakan bersama gadget iOS (iPod, iPhone, atau iPad).  Untuk penggunaannya, maka user harus menjalankan app pH Meter yang dapat diunduh gratis dari AppStore. Kombinasi pH-1 Meter dan perangkat iOS memberikan bacaan yang baik terhadap pH dan suhu.  Penyertaan sensor suhu pada perangkat ini sangat berguna, karena selain kita dapat mengukur suhu lingkungan, data suhu tersebut digunakan oleh app untuk mengkoreksi pembacaan pH. Sebagaimana dikemukakan oleh para ahli bahwa nilai pH dipengaruhi oleh suhu saat pengukuran.

Perangkat ini cocok untuk digunakan dalam pendidikan, karena menyenangkan digunakan. Ia juga cocok untuk pengujian dan pemantauan lingkungan karena dengan app pada iOS, pengukuran pH akan dipadukan dengan data lokasi yang diambil dari GPS dan waktu pengamatan.  Bahkan hasil pengamatan bisa langsung dikirim ke komputer di kantor/lab sehingga sangat memudahkan pengukuran di lapangan dan menihilkan kesalahan pencatatan.  pH-1 Meter juga cocok digunakan untuk industri, seperti perkebunan teh, yang harus memantau dan mencatat pH secara rutin.  Aplikasi ini juga mendukung penerapan budidaya spesifik lokasi karena bacaan pH telah menyertakan koordinat geogarfis yang diperoleh dari internal GPS dari iPad.

Berikut ini adalah spesifikasi teknisnya.

  • Ketelitian bacaan pH:  +/- 0,01 pH
  • Ketelitian bacaan mV:  +/- 1 mV
  • Ketelitian suhu larutan: +/- 0.01 derajat C
  • Ketelitian suhu ambient: +/- 2 C^2

Kategori

Blog Stats

  • 16.841 hits

Masukkan alamat surat elektronik Anda untuk mengikuti blog ini dan menerima pemberitahuan tentang tulisan baru melalui surat elektronik.

Bergabung dengan 1.689 pelanggan lain